Sebagai sebuah Kerajaan
yang telah berdiri lama, Kerajaan Dompu memiliki Sistem Organisasi Pemerintahan
yang teratur dan rapi.
Dari mulai terbentuknya,
telah mengalami 2 bentuk atau sistem Pemerintahan yaitu Pemerintahan Kerajaan dan Kesultanan.
Penulis tidak menyimpulkan
, bahwa Sistem Kerajaan ada pada saat masyarakat Dompu menganut agama Hindu,
karena beberapa alasan :
1. Tidak adanya peninggalan
budaya,ritual, ataupun bangunan berupa Candi atau Arca yang menunjukkan adanya
pengaruh agama Hindu. Hanya ada nama-nama wilayah yang menunjukkan bahwa
Majapahit pernah menaklukkan dan berkuasa di Dompu, seperti nama Daha, Kuta,
Madawa, Soko, dan Puma di wilayah Kecamatan Hu'u, Padamara di Kempo, dan
Doro Sweta, di Bali I.
2. Sampai masuknya Agama
Islam, bahkan setelah Agama Islam menjadi agama resmi Kerajaan, tradisi Toho ra
Dore, Cera Labu, Mbei ru'u, Soji Ra Sangga yang merupakan ritual Animisme masih
kerap dilakukan sebagai pertanda sesembahan masyarakat Dompu adalah Sang Jin
(Parafu, Poto Ra Mata) dan bukan Sang Dewa sebagaimana ajaran Hindu. Sehingga Penulis lebih tepat menyebut saat itu adalah
era Animisme dan bukan Hindu.
Pemerintahan Kerajaan Dompu
dijalankan dengan peraturan-peraturan baik Tertulis maupun Tidak Tertulis.
Peraturan Tertulis dinamakan Hukum Adat.
Kemudian setelah Agama Islam menjadi Agama anutan resmi Kerajaan dan
masyarakat, sistem Pemerintahan yang semula berdasarkan Hukum Adat, berganti menjadi bedasarkan Hukum Hadat
dan Hukum.
Bahkan yang menonjol dan
yang perlu dicatat di sini bahwa Kerajaan Dompu dalam urusan Pemerintahan dan Kemasyarakatan
diperlakukan secara penuh berdasarkan Syariah Islam seperti dalam soal
pembagian waris, hukum rajam untuk orang yang berzinah.
Pemberlakuan hukum Islam
secara keseluruhan terjadi saat pemerintahan Sultan
Salahuddin. Masyarakat Dompu, di mata Hukum saat itu
diperlakukan seadil-adilnya tanpa dibeda-bedakan, sehingga rakyat memberinya
gelar Ma Wa'a Adi (Yang Membawa Keadilan).
Agama Islam yang menjadi
anutan Raja dan masyarakat memberi pengaruh pula pada penguasa untuk melakukan
penyesuaian diri, misalnya nama kepala pemerintahan yang semula disebut Raja
diganti dengan sebutan Sultan.
Sesuai dengan pembagian
wilayah Pemerintahan Daerah bawahan, maka sampai di tingkat terrendah pun telah
diatur aparat pelaksana Pemerintahan sesuai dengan tingkat wilayahnya
masing-masing yang kesemuanya dari aparat Pemerintahan yang terdiri dari Hadat
dan Hukum
Mereka menjalankan hukum
Pemerintahan di wilayanya atas nama Raja atau Sultan, sehingga mereka yang
diangkat menjadi pejabat di wilayahnya masing2 merasa bertanggungjawab atas
segala urusan pemerintahan yang dibebankan di atas pundaknya dan di samping itu
agar komunikasi antara bawahan dan atasan terbina dengan baik dan pengawasan
atas pelaksanaan tugas dapat dilakukan secara efektif
Susunan organisasi
pemerintahan baik di tingkat Kerajaan atau Kesultanan sebagai pusat
Pemerintahan maupun di tingkat wilayah daerah bawahan adalah sebagai berikut :
PEMBAGIAN KEKUASAAN DAN TUGAS-TUGAS APARATUR
PIMPINAN PUSAT PEMERINTAHAN
Pimpinan pusat Pemerintahan
berada di tangan Raja atau Sultan. Raja adalah pemegang kekuasaaan tertinggi di
dalam dan di luar hukum, memegang kekuasaan atas angkatan bersenjata, memegang
kekuasaan peradilan serta di dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari maka
sebagian urusan dan tugas pemerintahan didelegasikan kepada para Mentri yang
disebut dengan Rato
MENTRI-MENTRI (RATO)
Adapun perangkat Pemerintahan di Pusat Pemerintahan
Kerajaan yang disebut Mentri (Rato) adalah terdiri dari :
- Raja Bicara : adalah Perdana Mentri atau Wazir. Pejabat terakhir di masa kekuasaan MT. Sirajuddin adalah Bahnan Daeng Situru.
- Rato Rasa Na'e : adalah Mentri Koordinator Wilayah (Bae Woro) = sebelah Timur Wilayah Kerajaan. Pejabat terakhir di masa kekuasaan MT Sirajuddin adalah Harunarrasyid (Kampung Raro)
- Rato Dea : Mentri Koordinator wilayah (Bae Sire) sebelah barat wilayah Kerajaan. Pejabat terakhir Usman Mahmud (Kampung Potu)
- Rato Parenta : Mentri Dalam Negri. Pejabat terakhir A. Azis M. Saleh (Kampung Sigi)
- Rato Renda : adalah Mentri Pertahanan. Pejabat terakhir di masa kekuasaan MT Sirajuddin dijabat oleh M. Salahuddin (Kampung Rato).
Setelah Agama Islam menjadi anutan masyarakat dan
anutan Pemerintah, maka sistim Pemerintahan yang dulunya berdasarkan Hadat
dilengkapi dengan urusan Keagamaan yang terdiri dari :
- Qadhi : adalah Mentri Pendidikan Agama. Terakhir dijabat oleh H. Makhmud Hasan (Kampung Rato)
- Imam : Mentri Agama. Pejabat terakhir adalah H. Abubakar (Kampung Magenda), kemudian diganti H. Abdullah (Kampung Magenda).
PEMERINTAHAN WILAYAH
Wilayah Pemerintahan daerah bawahan di masa itu dibagi
atas wilayah koordinasi dan wilayah administratif, yang susunannya sebagai
berikut :
WILAYAH KOORDINASI
Wilayah ini dipimpin oleh pejabat yang disebut Tureli,
membawahi wilayah Kejenelian atau Kecamatan. Susunan Tureli sebagai berikut :
- Tureli Dompu, berkedudukan di Dompu, membawahi Jeneli Dompu dan Katua. Terakhir dijabat oleh Daeng Tanga (Kampung Bada)
- Tureli Adu, berkedudukan di Adu, membawahi Jeneli Adu dan Hu'u. Terakhir dijabat oleh M. Ali Idrus (Kampung Rato)
- Tureli Bula, berkedudukan di Kempo, membawahi Jeneli Dea (Kempo), Jeneli Kilo, Jeneli Pekat, dan Jeneli Tompo. Terakhir dijabat oleh B. Akhmad (Kampung Rato)
WILAYAH KEJENELIAN (KECAMATAN)
Wilayah ini berkedudukan sebagai wilayah
Administratif yang pejabatnya dijabat Jeneli. Jeneli berasal dari kata Karongga
Eli (Menyampaikan Berita), atau kurir.
Dibagi atas :
- Jeneli Dompo
- Jeneli Katua
- Jeneli Adu
- Jeneli Hu'u
- Jeneli Dea (Kempo)
- Jeneli Tompo
- Jeneli Pekat
- Jeneli Kilo
WILAYAH YANG DIPIMPIN OLEH JENA
Wilayah ini sama dengan status Desa sekarang.
Pejabatnya disebut Jena.
Wilayah ini sama dengan status Desa sekarang. Pejabat
Pemerintahannya dipimpin oleh seorang Jena, kemudian berubah sebutannya menjadi
Gelarang
WILAYAH YANG DIPIMPIN OLEH SARIAN
Wilayah ini sama dengan Kampung Sekarang dan pejabat
Pemerintahannya dipimpin oleh seorang Serian, kemudian berganti sebutan dengan
nama Kampung
Melihat susunan organisasi seperti di atas, maka sejak
dulu negri ini sudah memiliki susunan organisasi yang sempurna dan teratur rapi
dengan susunan perangkat aparatur yang lengkap, mulai di tingkat pusat
Pemerintahan sampai wilayah terrendah
SUSUNAN PERANGKAT PEMERINTAHAN
- Raja/Sultan, sebagai Kepala Pemerintahan
- Raja Bicara, sebagai Wazir atau Perdana Mentri
- Rato, sebagai Mentri-Mentri
- Tureli, sebagai Kepala Wilayah Koordinasi
- Jeneli, Kepala Wilayah Administratif, atau disebut Camat
- Jena, Kepala Wilayah Desa, saat ini disebut Kepala Desa/Lurah
- Sarian, Kepala Wilayah Kampung. Saat ini disebagai Kepala Lingkungan/Kepala Kampung.
SUSUNAN WILAYAH PEMERINTAHAN
- Wilayah Kerajaan atau Kesultanan, meliputi wilayah Sapaju Dana Dompu
- Wilayah Kejenelian (Dompu dan Dima), Kedemungan (Sumbawa), membawahi beberapa Gelarang (Desa/Kelurahan)
- Wilayah Gelarang (Desa/Kelurahan)
- Wilayah Kampung atau Lingkungan sebutanya sekarang
SUSUNAN selengkapnya Kepangkatan HADAT dan HUKUM
PANGKAT HADAT
- Raja/Sultan
- Raja Bicara
- Rato
- Rato bumi
- Bumi
- Jena
- Sarian
- Anangguru
- Mbangi dan Punta
PANGKAT HUKUM
- Qhadi
- Imam
- Lebe
- Khatib
- Bilal
- Robo (Marbot)
Dalam susunan kepangkatan
Hadat dan hukum seperti telah diuraikan di atas, terdapat juga para Rato, Rato
bumi, Jena dan Sarian. Mereka itu merangkap menjadi Perangkat Hadat dan Hukum
yang bertugas dalam lingkungan Istana Raja, dan sebagai perangkat bawahan dari
Rato
Khusus untuk kepangkatan
dalam bidang Hukum, Jabatan Qadhi, manakala tidak/belum ditemukan orang yang berkompeten dalam bidang ini, maka Jabatan
Qadhi dapat dirangkap oleh Sultan, mengingat betapa besar tanggungjawab Sultan
sebagai Pengayom Masyarakat (Hawo Ra Ninu). Hal ini pernah terjadi pada masa
Sultan Salahuddin.
Jabatan Tureli, termasuk
yang diangkat adalah Putra Mahkota. Dengan Jabatan ini, seorang Putra Mahkota
dilatih dan dipersiapkan untuk menggantikan ayahandanya sebagai Sultan
nantinya.
NAMA-NAMA JABATAN DAN
FUNGSINYA
No.
|
NAMA JABATAN
|
TUGAS DAN FUNGSI
|
I
|
PEJABAT BAWAHAN RATO
|
|
PARENTA
|
||
1
|
Ompu To'i
|
No.1-14 adalah Petugas-petugas
|
2
|
Anangguru Jena Ngoco
|
di Istana yang berhubungan
|
3
|
Nenti Mone Cepe
|
dengan urusan Rumah tangga
|
4
|
Nenti Mone Dompu
|
Istana. Mengurus hasil untuk
|
5
|
Nenti Mone Ngeru
|
Istana, seperti :
|
6
|
Nenti Mone Parisi
|
1. Dana Pajakai, jaminan Sultan
|
7
|
Nenti Mone Piso To'i
|
2. Dana Ampa
|
9
|
Nenti Mone Lera
|
3. Upeti-upeti dari semua hasil
|
10
|
Nenti Mone Kempo
|
yang ada di
Kecamatan-
|
11
|
Nenti Mone Kilo
|
Desa yang
dijadikan upeti
|
12
|
Nenti Mone Ngoco I
|
(Ampa Taki)
|
13
|
Nenti Mone Ngoco II
|
|
14
|
Nenti Mone Rasa Na'e
|
|
15
|
Juru Kunci
|
Bendaharawan Istana
|
16
|
Anangguru Rato I
|
Pengurus Kesenian Istana
|
17
|
Anangguru Rato II
|
Pengurus Kesenian Istana
|
18
|
Anangguru Mpa'a
|
Pengurus Kesenian Istana
|
19
|
Jurutuli Asi
|
Sekretaris Istana
|
20
|
Bumi Ndede
|
Pejabat Tehnik Besi Istana
|
21
|
Juru Paju
|
Pemegang Payung Istana
|
22
|
Rera Pati
|
Urusan Dalam Istana
|
23
|
Ompu Kula
|
Pembuat alat-alat Rumah
|
tangga
|
||
dari daun lontar, pandan,
|
||
dan bambu
|
||
24
|
Anangguru Owa
|
Tukang Reparasi
|
25
|
Anangguru Pasoso
|
Tukang Pembersih Senjata
|
26
|
Bantila
|
Tukang Kuda Istana
|
27
|
Tukang Sapu
|
|
28
|
Bumi Utu
|
Penghubung
|
29
|
Bumi Kempo
|
Penghubung untuk Kemo
|
30
|
Bumi Kore
|
Penghubung untuk Kore
|
31
|
Wa'i Asi
|
Inang Pengasuh
|
32
|
Nenti Rawi
|
Juru Masak
|
33
|
Nenti Rawi
|
Tukang Tumbuk Padi,
|
mengambil air, dll
|
||
II
|
PEJABAT BAWAHAN RATO RENDA
|
|
1
|
Bumi Jara Tolotui
|
|
2
|
Bumi Jara Ngoco
|
|
3
|
Bumi Jara Dea
|
|
4
|
Bumi Jara Ro'o
|
|
5
|
Bumi Pareka
|
|
6
|
Bumi Kambu
|
|
7
|
Bumi Sala
|
|
8
|
Bumi Parandaja
|
|
9
|
Bumi Singkara
|
|
10
|
Bumi Sumpa
|
|
11
|
Bumi Puma
|
|
12
|
Bumi Parisi Asi
|
|
13
|
Bumi Parisi Dea
|
|
14
|
Bumi Parisi Kilo
|
|
15
|
Bumi Padolo Rasana'e
|
|
16
|
Bumi Taruou Risa
|
|
17
|
Bumi Fandaranda
|
|
18
|
Bumi Sari Bura
|
|
19
|
Bumi Sari Kwangko
|
|
20
|
Bumi Sari Temba
|
|
21
|
Bumi Sari Woko
|
|
22
|
Bumi Tua
|
|
23
|
Bumi Ncawu Labadi
|
|
24
|
Bumi Sari
|
|
25
|
Bumi La Ra'u
|
|
26
|
Bumi Ale
|
|
27
|
Bumi Tarupu Risa
|
|
28
|
Bumi Sumpi I
|
|
29
|
Bumi Sumpi II
|
|
30
|
Jena Sili I
|
Peniup Seruling (Nafiri)
|
31
|
Jena Silu II
|
Peniup Seruling (Nafiri)
|
32
|
Jena Jara Asi
|
Pasukan berkuda
|
33
|
Jena Jara Patola
|
Pasukan berkuda
|
34
|
Jena Jara Rasa Na'e
|
Pasukan berkuda
|
35
|
Jena Jara Pasia
|
Pasukan berkuda
|
36
|
Jena Jara Adu
|
Pasukan berkuda
|
37
|
Jena Jara Hu'u
|
Pasukan berkuda
|
38
|
Jena Jara Kilo
|
Pasukan berkuda
|
39
|
Jena Jara Dea
|
Pasukan berkuda
|
40
|
Jena Jara Ngoco
|
Pasukan berkuda
|
41
|
Jena Jara Ngaji
|
Pasukan berkuda
|
42
|
Jena Jara Tolotui
|
Pasukan berkuda
|
43
|
Jena Jara Kali
|
Pengurus Kuda
|
44
|
Punta Jara
|
Pejabat Tehnik Urusan Senjata
|
45
|
Jena Bedi
|
|
GOLONGAN JENA PENGHUBUNG WILAYAH
|
||
1
|
Jena Rasa Adu
|
|
2
|
Jena Baralau
|
|
3
|
Jena Ngoco Adu
|
|
4
|
Jena Adu
|
|
5
|
Jena Sari
|
|
6
|
Jena Rasa Daha
|
|
7
|
Jena La Katau
|
|
8
|
Jena Jeru
|
|
9
|
Jena Ngoco Daha
|
|
10
|
Jena Sari Hu'u
|
|
11
|
Jena Sari tula Hu'u
|
|
12
|
Jena Rasa Hu'u
|
|
13
|
Jena Doro Hu'u
|
|
14
|
Jena Da'e Hu'u
|
|
15
|
Jena Nao Hu'u
|
|
16
|
Jena Na'e Hu'u
|
|
17
|
Jena Mpa'a Hu'u
|
|
18
|
Jena Lele Hu'u
|
|
19
|
Jena Luma Asi
|
|
20
|
Jena Katua
|
|
21
|
Jena Adu
|
|
22
|
Jena Hu'u
|
|
23
|
Jena Kempo
|
|
24
|
Jena Kilo
|
|
25
|
Jena Wawonduru
|
|
26
|
Jena Saneo
|
|
27
|
Jena Buncu
|
|
28
|
Jena O'o
|
|
29
|
Jena Ranggo
|
|
GOLONGAN SARIAN
|
||
1
|
Sarian I-IV
|
Penjaga Istana
|
2
|
Sarian Saka
|
Lasykar Pengaman Wilayah
|
3
|
Sarian Wila Jado
|
|
4
|
Sarian Limbi Na'e
|
|
5
|
Sarian Limbi To'i
|
|
6
|
Sarian Wila Na'e
|
|
7
|
Sarian Wila To'i
|
|
8
|
Sarian Kolo Na'e
|
|
9
|
Sarian Kolo To'i
|
|
10
|
Sarian Ngaji I
|
|
11
|
Sarian Ngaji II
|
|
1
|
Anangguru Suba
|
Lasykar pengaman untuk
|
2
|
Anangguru Dompu
|
wilayah daerah bawahan dalam
|
3
|
Anangguru Kempo
|
hal pengendalian huruhara
|
4
|
Anangguru Adu
|
|
5
|
Anangguru Hu'u
|
|
6
|
Anangguru Kilo
|
|
7
|
Anangguru Kapita
|
|
8
|
Anangguru Baleba
|
Pemain Baleba (Manca)
|
9
|
Anangguru Tambu
|
Pemukul Tambur
|
10
|
Matua Genda
|
Pengurus Gendang
|
11
|
Ompu Genda
|
Pengurus Gendang
|
12
|
Anangguru Sumpi I
|
Lasykar Sumpit
|
13
|
Anangguru Baju
|
Penjaga Istana pakai Baju Besi
|
14
|
Anangguru Beba
|
Pengurus Dou Beba
|
15
|
Anangguru Mboda Bicarakai
|
Pengawal Raja Bicara
|
16
|
Anangguru Mboda Rasana'e
|
Pengawal Rato Rasana'e
|
17
|
Anangguru Mboda Dea
|
Pengawal Rato Desa
|
18
|
Anangguru Bayangkara
|
Pengawal Rato Renda
|
19
|
Anangguru Cepeweki
|
Pengawal Rato Parenta
|
20
|
Anangguru Ranggo
|
Pengurus Sarang Burung
|
21
|
Ompu Sama
|
Penjaga Sarang Burung
|
22
|
Anangguru Ngaji
|
Guru Ngaji Istana
|
GOLONGAN MBANGI
|
||
1
|
Mbangi Asi
|
Pesuruh Istana
|
2
|
Mbangi Rasana'e
|
Pesuruh Rato Rasana'e
|
3
|
Mbangi Dea
|
Pesuruh Rato Dea
|
4
|
Mbangi Sari
|
Pesuruh Rato Parenta
|
GOLONGAN DOU SUBA (LASYKAR INFANTRI)
|
||
1
|
Dou Suba Asi
|
|
2
|
Dou Suba Patula
|
|
3
|
Dou Suba Rasana'e
|
|
4
|
Dou Suba Jarapasia
|
|
5
|
Dou Suba Adu
|
|
6
|
Dou Suba Hu'u
|
|
7
|
Dou Suba Dea
|
|
8
|
Dou Suba Kilo
|
|
9
|
Dou Suba Ngaji
|
|
10
|
Dou Suba Jara
|
|
GOLONGAN DOU BEBA (La Monca)
|
||
LASYKAR GERAK CEPAT
|
||
1
|
Dou Beba Patola
|
|
2
|
Dou Beba Rasana'e
|
|
3
|
Dou Beba Jarapasia
|
|
4
|
Dou Beba Adu
|
|
5
|
Dou Beba Hu'u
|
|
6
|
Dou Beba Dea
|
|
7
|
Dou Beba Kilo
|
|
8
|
Dou Beba Kali
|
|
9
|
Dou Beba Ngaji
|
|
10
|
Dou Beba Ngoco
|
|
11
|
Dou Beba Jara
|
|
GOLONGAN RATO BUMI
|
||
(KEPALA-KEPALA URUSAN)
|
||
1
|
Rato Bumi Ngoco
|
Urusan Keamanan
|
2
|
Rato Bumi Nggampo
|
Urusan Umum
|
3
|
Rato Bumi Ncawu
|
Urusan Protokol
|
4
|
Rato Bumi Sari Madawa
|
No. 4-7 adalah pejabat yang
|
5
|
Rato Bumi Sari Owo
|
diperbantukan pada Jeneli jika
|
6
|
Rato Bumi Tarupu Hu'u
|
diperlukan
|
7
|
Rato Bumi Tarupu Nowa
|
|
Pejabat-pejabat Staff
adalah mereka yang duduk dan bawahi oleh Rat-Rato dengan susunan Staff
secara vertikal sebagai berikut :
- Rato Bumi
- bumi
- Jena
- Sarian
- Mbangi
- Kedudukan tugas dan kewajiban mereka adalah sesuai dengan nama pangkat/jabatan staff tersebut
- Jena adalah Kepala wilayah di tingkat Desa
- Sarian Kepala wilayah di tingkat Kampung
Setelah adanya perubahan dengan diberlakukannya
Syariah Islam dalam sistem Pemerintahan, maka diangkatlah pejabat-pejabat
khusus dalam urusan Keagaman, baik dari tingkat pusat maupun sampai tingkat
wilayah
- Pejabat di Tingkat Pusat (Kesultanan)
- Qadhi
- Imam
- Pejabat-Pejabat Staff
1. Di bawah Qadhi :
- Penghulu
- Anggota-anggota
2. Di bawah Imam :
- Lebe Kota
- Lebe Salama
- Khatib Karot
- Khatib Lawili
- Bilal Tua
- Bilal To'i
- Robo (Marbot)
- Pejabat-Pejabat di tingkat Kecamatan :
- Lebe Na'e
- Khatib Tua
- Khatib To'i
- Bilal Tua
- Bilal To'i
- Robo
- Pejabat di Tingkat Desa
- Cepe Lebe (Pembantu Lene Na'e)
- Bidang Tugas :
Ruang lingkup kegiatan serta tugas kewajiban dari seluruh
keanggotaan dalam bidang Agama dari Qadhi sampai bawahannya bertugas dalam
bidang :
- Urusan Pendidikan
- Urusan Peradilan
- Urusan Nikah, Talaq, Rujuk
- Urusan Mua'amalah (zakat, Fitrah, sedekah)
- Urusan Waqaf
KEBIJAKSANAAN PEMERINTAHAN
Pemerintahan yang berdasarkan Hadat dan Hukum, selain
menggambarkan
Tata susunan organisasi Pemerintahan, juga mengandung
nilai kebijaksanaan tentang tata laksana pemerintahan yang berdasarkan hukum
adat dan hukum adat atau hukum kebijaksanaan yang tidak tertulis yang
penjelmaannya di jaman itu berdasarkan kerapatan adat. Salah satu hal yang
menarik adala adalah adanya semboyan adat yang berlaku pada dua kurun waktu
sistem pemerintahan, yaitu :
1. Adat
bersendi Sara’- Sara’ bersendi hukum, maksudnya segala adat istiadat yang
berlaku dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan haruslah diatur dan
ditata oleh Sara’ (Pemerintah)
2. Sara’
bersendi Hukum, artinya segala adat dan istiadat yang berlaku dalam
kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan adalah hasil kerapatan Hadat dan Hukum
3. Hukum
bersendi Kitabullah, artinya bahwa sumber Hukum dalam menata kehidupan
kenegaraan dan kemasyarakatan adalah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah
Pemerintahan Kerajaan Dompu, meski berbentuk Otokrasi,
namu dalam pelaksanaanya mengutamakan musyawarah mufakat untuk mencapai
kemufakatan antara Sultan dan Mentri-Mentri.
Begitu pula dalam kehidupan bermasyarakat, segala urusan
yang disebut LAMPA RAWI WEKI LAMPA RAWI SARA’ DI SU’U KASAMA BA DOU MA MBOTO.
Semua berdasarkan musyawarah mufakat dalam suasana kehidupan yang bergotong
royong atas dasar kekeluargaan, menjadi ciri khas masyarakat Dompu saat itu
sampai sekarang.
JAMINAN PERANGKAT PEMERINTAHAN KERAJAAN
Pada masa dulu, seluruh perangkat aparat Pemerintahan
tidak dijamin dengan gaji berupa uang. Maka gaji semua perangkat aparat
pemerintahan digaji dengan sawah Hadat. Kerajaan memiliki sejumlah sawah yang
dipakai untuk menggaji seluruh pegawai Pemerintahan yang terletak di kecamatan
Dompu, Kempo, Hu’u dan Kilo. Tanah ini dinamakan DANA NGAHA.
Khusu untuk Sultan disediakan 2 jenis tanah jaminan
(Dana Ngaha), biasa disebut :
-
Pajakai, yang dikelola secara gotongroyong oleh rakyat
atau dengan bagi hasil
-
Di wilayah Desa disebut Dana Ampa, artinya tanah yang
hasilnya untuk upeti, dikerjakan secara gotongroyong oleh warga Desa. Bila
mengantar upeti ini disertai juga dengan membawa upeti hasil tani lainnya.
Mengantar upeti ini dilakukan dengan upacara khusus yang namanya AMPA TAKI,
dilakukan sekali setahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar